Selasa, 04 Mei 2010

Tempat Ritual Gunung Kawi

Umumnya, masyarakat Jawa dikenal sangat menghormati tokoh-tokoh yang dianggap berjasa dalam penyebaran agama Islam. Buktinya, sampai sekarang, pesarean (bahasa Jawa dari makam) tokoh-tokoh Islam tidak pernah sepi dari peziarah. Salah satu yang dipercaya keramat adalah Pesarean Gunung Kawi, yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Menariknya, menjelang pemilu legislatif 9 April lalu sebagian caleg berziarah ke tempat itu. Tidak hanya caleg yang berdomisili di Malang, karena ada juga dari Surabaya, Tulungagung, Mojokerto, dan Kediri. Sudah bisa ditebak, mereka berdoa memohon berkah agar bisa terpilih menjadi wakil rakyat.

Sungguh melelahkan perjalanan siang itu. Kami sengaja mengunjungi Pesarean Gunung Kawi, dengan niat mencari tahu apakah ada caleg yang pernah ke sana, terutama setelah para caleg mengetahui perolehan suara mereka. Pesarean Gunung Kawi yang berjarak kurang lebih 37 kilo meter dari Kota Malang adalah tempat dimakamkannya dua tokoh Keraton Mataram abad ke-19, yaitu Kanjeng Kiai Zakaria II dan Raden Mas Iman Soedjono. Di masyarakat luas, Pesarean Gunung Kawi dikenal sebagai tempat keramat yang untuk melakukan ritual pesugihan (mencari kekayaan).

Siang itu, ada lima mobil dan tujuh sepeda motor terparkir di tempat parkir. Dalam perjalanan menuju pesarean, kami melihat orang-orang yang baru selesai berziarah. Beberapa dari mereka tampak pula masyarakat dari etnis Cina. Seorang pemandu wisata yang mendampingi kami membawa kami ke tempat-tempat penting, seperti rumah Kiai Zakaria II dan Raden Mas Iman Soedjono, tempat pembelian dupa dan bunga untuk sesaji, dan tempat utama, serta tak ketinggalan makam Kiai Zakaria II dan Raden Mas Iman Soedjono.

Kami melihat berbagai hiasan khas Cina di sepanjang jalan masuk menuju pesarean. Bahkan, tempat dupa untuk sesaji bergambar yin dan yang. Ada pula tempat meramal khas Cina. Patung Dewi Kuan Im dan tempat sembahyang pengunjung non-muslim juga tersedia di sana. Konon, patung Dewi Kuan Im yang bernilai lebih dari Rp.1 miliar ini adalah sumbangan dari pengusaha keturunan Cina.

Dua orang laki-laki tampak khusyuk berdoa, ketika kami tiba di pesarean Kiai Zakaria II dan Raden Mas Iman Soedjono. Seorang juru kunci pesarean terlihat khusyuk pula menjalankan tugasnya. Kami menyerahkan dua bungkus dupa yang telah kami beli seharga Rp.35 ribu per bungkusnya. Setelah itu, dupa dikembalikan lagi kepada kami. Selain dupa, juru kunci pesarean memberi bunga yang dibungkus dengan kertas berwarna coklat yang di dalamnya tertulis sebuah doa.

Berikutnya, kami menuju bagian informasi untuk mendapatkan buku risalah Pesarean Gunung Kawi. Adalah Sukiranto, petugas bagian informasi hari itu. Seperti juru kunci pesarean pada umumnya, Sukiranto berpakaian ala Jawa lengkap dengan blangkon yang bertengger di kepalanya. Dalam keterangan Sukiranto, sebelum pemilu legislatif 9 April 2009 lalu, ada kurang lebih 15 caleg yang berkunjung ke Pesarean Gunung Kawi. Mereka tidak hanya berasal dari Malang, melainkan juga dari Surabaya, Tulungagung, Mojokerto, dan Kediri. Maksud kedatangan caleg-caleg ke Pesarean Gunung Kawi adalah untuk memohon berkah kepada Almarhum Kiai Zakaria II dan Raden Mas Iman Soedjono agar berhasil terpilih menjadi wakil rakyat. Di antara caleg-caleg tersebut, ada yang menggelar selamatan tumpengan, mengundang orang-orang yang ada di Pesarean Gunung Kawi. Seperti dikatakan Sukiranto, selamatan tumpengan dilakukan sebagai bentuk kesungguhan doa dan kesungguhan rasa syukur. Orang yang menggelar selamatan tumpengan biasanya adalah orang yang mempunyai hajat besar atau yang telah memperoleh keberhasilan. Biaya selamatan yang harus dikeluarkan pun tak sedikit. Harga satu paket makanan yang tersedia di pesarean mencapai Rp.55 ribu. Setiap hari, rata-rata sekitar 50 orang datang berkunjung ke tempat itu. Jumlah itu meningkat menjadi ribuan setiap hari Jumat Legi, hari libur, dan Malam Satu Suro.

Menurut penanggalan Jawa, hari keramat untuk berziarah adalah malam Jumat legi. Pada hari itu, menurut Sukiranto, ada pula caleg yang datang ke Pesarean Gunung Kawi. Sebagian dari mereka datang beserta rombongan keluarga dan tim sukses. Menurut keterangan Kasiono -pemandu wisata yang mendampingi kami- Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang baru terpilih juga pernah datang ke Pesarean Gunung Kawi, sebelum pemilu gubernur lalu. Setelah pemilu legislatif usai, menurut Sukiranto dan Kasiono, belum ada caleg yang datang lagi ke Pesarean Gunung Kawi.

Dari keterangan Sukiranto dan Kasiono, kami mengetahui bahwa berdoa di tempat-tempat keramat menjadi salah satu perjuangan bagi para caleg untuk menjadi wakil rakyat. Sebagai orang Jawa, sebagian caleg mempercayai bahwa berkah dan keramat akan membawa nasib baik. Namun, apakah para caleg akan kembali berdoa dan menggelar selamatan begitu perolehan suara ditetapkan - entah kalah atau menang - masih menjadi pertanyaan.
»»  read more

Gunung Kawi Jawa Timur

Gunung Kawi adalah sebuah gunung berapi di Jawa Timur, Indonesia, dekat dengan Gunung Butak. Tidak ada catatan sejarah mengenai letusan gunung berapi ini.[1]

Gunung Kawi, terletak di sebelah barat kota Malang merupakan obyek wisata yang perlu untuk dikunjungi bila kita berada di Jawa Timur karena keunikannya, obyek wisata ini lebih tepat dijuluki sebagai "kota di pegunungan". Di sini kita tidak akan menemukan suasana gunung yang sepi, tapi justru kita akan disuguhi sebuah pemandangan mirip di negeri tiongkok zaman dulu.

Di sepanjang jalan kita akan menemui bangunan bangunan dengan arsitektur khas Tiongkok, dimana terdapat sebuah kuil/klenteng tempat untuk bersembahyang atau melakukan ritual khas Kong Hu Cu. Biasanya orang-orang Tionghoa mengunjungi tempat ini pada hari-hari tertentu untuk melakukan ritual keagamaan seperti memohon keselamatan , giam si , ci suak dsb namun tak jarang pula yang hanya sekedar berpelesir untuk melepas lelah. Di sepanjang jalan juga banyak terdapat penginapan baik itu hotel, losmen, atau bahkan rumah penduduk dapat juga disewa untuk dijadikan tempat menginap.

Ada banyak hal unik yang berhubungan dengan kepercayaan yang dapat kita temukan di gunung Kawi, Salah satu diantaranya adalah sebuah pohon yang konon dipercaya bila kita kejatuhan buahnya, maka kita akan mendapat rejeki. Pada malam-malam tertentu akan banyak sekali orang yang duduk di bawah pohon ini. Selain pohon, terdapat juga makam Mbah Djoego, seorang pertapa pembantu Pangeran Diponegoro, yang juga sangat dijaga oleh penduduk setempat.
»»  read more

Rabu, 07 April 2010

Wisata Gunung Bromo Malang

Jika anda sudah puas mengunjungi Surabaya dan Malang, rasanya akan tidak lengkap jika anda tidak mengunjungi Gunung Bromo. Walaupun gunung, Bromo sangat cocok untuk tempat liburan keluarga. Gunung yang berketinggian 2.392 meter ini sudah lama dikenal dengan pemandangan alamnya yang memukau serta masyarakatnya Tenggernya yang memiliki kekhasan budaya.

Gunung Bromo merupakan satu dari tiga gunung baru yang muncul di Kaldera Tengger Kuno. Dua gunung lain yang mengapit Gunung Bromo adalah gunung Batok di sisi Utara dan Gunung Kursi di Selatan. Yang menyempurnakan pemandangan Bromo yang lebih luar biasa itu adalah latar belakangnya yang dihiasi Gunung Semeru yang menjulang lebih tinggi daripada Bromo maupun dua gunung yang lain dan selalu mengeluarkan debu vulkanik (pokoknya very exotic, amazing and wonderfull).



Secara geografis, wilayah Bromo masuk dalam 4 wilayah kabupaten, yaitu Malang, Probolinggo, Pasuruan dan Lumajang. Pintu masuk menuju kawasan Bromo yang paling ramai dilalui karena memiliki prasarana jalan, angkutan, maupun penginapan yang sangat memadai adalah melalui Kabupaten Probolinggo. Dari pusat kota, anda bisa dengan mudah mencari kendaraan umum karena terminal utama kota ini terletak di jalan utama yang menuju Bromo.

Dari Probolinggo, anda harus melewati daerah Desa Sukapura melalui jalan dengan kondisi aspal yang baik di medan yang berbelok dan naik turun. Selanjutnya dari desa Sukapura, anda masih harus menempuh perjalanan menuju Desa Ngadisari menuju Cemoro Lawang. Jarak tempuh lebih kurang 1 jam perjalanan.

Jika anda akan memulai perjalanan dari kota Malang, jalur yang harus anda lewati adalah melalui Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri hingga Penanjakan. Jalan yang bakalan anda lalui memang lebih sempit dan bergelombang dibandingkan jalur pertama, namun anda akan langsung mencapai puncak Gunung Penanjakan, puncak tertinggi di bibir kawah bagian luar.

Puncak Penanjakan adalah tempat yang paling sempurna untuk menikmati dan mengabadikan pemandangan Matahari terbit di Gunung Bromo. Penanjakan juga menyediakan beberapa rumah singgah dan beberapa bangunan untuk sekedar berteduh dari hujan dan angin yang merupakan menu utama di malam hari. Pengunjung juga dapat memesan makanan dan minuman hangat di warung-warung yang banyak bertebaran.

Setelah menikmati matahari terbit di puncak Penanjakan atau Cemoro Sewu, atraksi selanjutnya adalah menikmati pemandangan lautan pasir yang terbentang antara bibir kawah Kaldera Tengger Kuno dan Gunung Bromo. Masa yang paling tepat untuk menikmati pemandangan lautan pasir dengan cara berkuda, berkendara atau sekedar berjalan kaki adalah selama musim hujan. Selama musim ini, pasir di sana memadat sehingga lebih stabil ketika diinjak dan tidak menimbulkan debu yang bisa mengurangi kenyamanan mata dan hidung.

Selain dengan kuda, kendaraan hanya bisa sampai awal tangga beton dan diteruskan dgn berjalan kaki mendaki 223 anak tangga sampai ke tepi kawah yg masih aktif. Ketika sampai di puncak anda akan melihat kawah Bromo yang menganga lebar dengan kepulan asap yang keluar dari dasarnya. Untuk menjaga kemungkinan pengunjung terperosok kawah Bromo yang tepiannya sangat curam itu, tepian kawah diberi pagar besi yang cukup kuat.

Selain sajian utama berupa pemandangan matahari terbit dan pemandangan kawah Gunung Bromo serta Lautan Pasir, masih ada beberapa daya tarik yang dihadirkan Gunung Bromo. Hamparan kebun sayuran yang luas di sepanjang jalan menuju gunung ini juga merupakan pemandangan indah yang jarang anda temui di kota. Di beberapa kebun yang berada di Desa Ngadas, Wonokitri dan di sekitar Cemorolawang, anda bisa melalukan agrowisata di kebun dan ladang hortikultura milik penduduk setempat. Selain itu, sebuah Pura yang megah bernama Pura Agung Poten yang berada di tengah-tengah lautan pasir juga akan menghadirkan kekaguman tersendiri bagi anda.

Beberapa tempat penginapan mulai losmen sampai dengan hotel berbintang 4 tempat anda menginap mudah anda temui di daerah Cemoro Lawang dan Puncak Penanjakan. Hotel Cemara Indah Hotel, Hotel Bromo Permai I, Lava View Lodge, Guest House Rumah Tamu, Yoschi’s Guest House, dan Bromo Cottages (daerah Tosari) adalah beberapa nama hotel yang bisa menjadi teman anda saat menikmati segar dan indahnya pemandangan Gunung Bromo.
»»  read more

Pantai Sendang Biru Malang

Pantai Sendang biru terletak 69 km ke arah selatan dari kota Malang. Untuk bisa berkunjung di Pantai Sendang biru ini harus melewati Turen, kemudian Sumbermanjing Wetan. Tempatnya berada di kecamatan Sumber Manjing Wetan. Pantai Sendang biru lebih dikenal sebagai tempat pendaratan dan pelelangan ikan Kabupaten Malang.

Pantai ini berhadapan dengan Pulau Sempu. Jarak keduanya hanya dipisahkan oleh selat sempit. Jarak antara Pantai Sendang biru dan Pulau Sempu sangat cocok dipakai untuk berperahu atau olah raga air pantai lainnya. Pada tanggal 7 atau 8 Syawal, banyak masyarakat yang naik perahu menuju Pulau Sempu untuk mengambil air tawar yang ada di sana. Menurut kepercayaan, air tawar Pulau Sempu mujarab untuk kesehatan atau kesembuhan.

Bernama pantai Sendang biru karena di pantai ini ada sumber air atau dalam bahasa Jawa yang berarti "sendang" yang berwarna biru.
»»  read more

Pantai Bale Kambang Malang

Pantai Bale Kambang terletak di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Malang Selatan. Perjalanan sejauh 65 km dari kota Malang bisa ditempuh selama 3 jam dengan kendaraan pribadi. Pantai ini terbentang 2 KM meliputi pantai landai bertabur karang di sebelah timur dan dihiasi 3 pulau masing2 Pulau Ismoyo dengan Pura Luhur Amertha Jati di atasnya, Pulau Wisanggeni, dan Pulau Anoman di sebelah barat.

Fasilitas yang ada: arena camping, warung, penginapan, kios cenderamata, mushola dan pendopo tempat beristirahat. Bagi anda yang ingin sekedar refreshing, dengan hanya Rp. 7.000,00 / orang anda bisa menikmati indahnya pasir putih pantai Bale Kambang. Hati2 kalo berenang karena ombaknya ganas ketika air pasang datang.
»»  read more

Selasa, 06 April 2010

Makna Lambang Kota Malang


DPRDGR mengkukuhkan lambang Kotamadya Malang dengan Perda No. 4/1970. Bunyi semboyan pada lambang adalah "MALANG KUCECWARA"

  • Motto "MALANG KUCECWARA" berarti Tuhan menghancurkan yang bathil, menegakkan yang benar
  • Arti Warna :
    • Merah Putih, adalah lambang bendera nasional Indonesia
    • Kuning, berarti keluhuran dan kebesaran
    • Hijau adalah kesuburan
    • Biru Muda berarti kesetiaan pada Tuhan, negara dan bangsa
  • Segilima berbentuk perisai bermakna semangat perjuangan kepahlawanan, kondisi geografis, pegunungan, serta semangat membangun untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Semboyan tersebut dipakai sejak hari peringatan 50 tahun berdirinya KOTAPRAJA MALANG 1964, sebelum itu yang digunakan adalah :

"MALANG NAMAKU, MAJU TUJUANKU"

yaitu terjemahan dari :

"MALANG NOMINOR, SURSUM MOVEOR"

Yang disahkan dengan "Gouvernement besluit dd. 25 April 1938 N. 027". Semboyan baru itu diusulkan oleh Almarhum Prod.DR. R.Ng.Poernatjaraka, dan erat hubungannya dengan asal mula Kota Malang pada jaman Ken Arok.

»»  read more

Sejarah Kota Malang

Kota Malang, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur, dan dikenal dengan julukan kota pelajar.

Wilayah cekungan Malang telah sejak masa purbakala menjadi kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah.[1] Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas pondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.[1][2]

Nama "Malang" berasal dari Candi Malang Kucecwara, sebuah candi yang terletak di kaki Gunung Buring, di timur kota Malang. Candi tersebut dibangun pada abad ke-15.

Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya Ijen Boullevard dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.

Pada tahun 1879, di kota Malang mulai beroperasi kereta api dan sejak itu kota Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan masyarakat pun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.

Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus berlangsung dan kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat terbatas, yang selanjutnya akan berakibat timbulnya perumahan-perumahan liar yang pada umumnya berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur hijau, sekitar sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi kualitas lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya. Gejala-gejala itu cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang terjadi seandainya masalah itu diabaikan.

»»  read more
Get paid To Promote at any Location
 

Buku Tamu

Get paid To Promote at any Location

Iklan

Click Here to Advertise On My Blog
Powered By Blogger

Iklan

Click Here to Advertise On My Blog

Iklan

Click Here to Advertise On My Blog

Iklan

Click Here to Advertise On My Blog